Menurut pengakuan mantan pemain timnas Indonesia, Hartono kepada Skor.id pada tanggal 18 April 2020, pemain-pemain timnas Indonesia sudah memikirkan sesuatu untuk menghindar timnas Vietnam di babak semifinal walaupun cuma sekedar gurauan saja. Sayangnya mengenai Mursyid Effendi yang telah dibriefing untuk kalah menghadapi Thailand, Hartono tidak tahu persis kejadian tersebut.
"Sepengetahuan saya, seingat saya, itu (sengaja mencetak gol bunuh diri) di briefing tidak dibahas," kata Hartono.
"Bagaimana cara kami untuk mengalahnya, atau bagaimana kami harus kalah, atau sebagainya, itu tidak dibahas," ucap Hartono seraya menambahkan.
"Saya tidak tahu kalau mungkin, mungkin loh ya, ada pembahasan atau pertemuan lain di kesempatan lainnya,", ujarnya.
Terlepas dari situ, Hartono mengatakan kalau kekuatan timnas Vietnam sangat diperhitungkan dengan statusnya sebagai tuan rumah Piala AFF.
"Yang pertama mungkin karena Vietnam menjadi tuan rumah. Kami juga melihat atmosfernya ternyata masyarakat di sana luar biasa," ujar Hartono.
Hartono menyadari bahwa timnas Thailand adalah salah satu lawan timnas Indonesia yang merepotkan.
"Sebenarnya kalau dilihat dari laga-laga yang ada, Thailand cukup bagus di fase grup. Waktu itu kan di penyisihan grup ada Thailand, Filipina, dan Myanmar," kata Hartono.
"Hanya saja, pas ketemu Thailand itu ada kejadian yang masing-masing tim punya strategi tersendiri, untuk menghindari Vietnam, dan jadi terjadi peristiwa itu," ujarnya seraya menambahkan.
Kemudian dari situ, timnas Indonesia dan Thailand mencoba untuk menghindari timnas Vietnam dengan cara bermain seolah-olah tanpa ada semangat hingga terjadilah suatu kejadian memalukan dari Mursyid Effendi yaitu gol bunuh diri ke arah gawang Thailand sehingga skor menjadi 3-2 dengan kemenangan timnas Thailand sehingga timnas Indonesia dan Thailand lolos ke babak Semifinal.
Dampak Insiden Sepakbola Gajah
Insiden sepakbola gajah yang menimpa timnas Indonesia dan Thailand berbuntut panjang lantaran insiden ini memancing kemarahan masyarakat Indonesia yang menganggap apa yang dilakukan timnas Indonesia mencoreng nama baik Indonesia di mata dunia.
Sebagai dampak dari insiden tersebut, Manajer PSSI saat itu Andrie Amin dan pelatih Rusdy Bahalwan resmi mengundurkan dari dari PSSI sebagai bentuk pertanggungjawaban atas insiden tersebut.
Dilansir Kompas tanggal 5 September 1998 melaporkan: “Manajer tim PSSI Piala Tiger 1998 Andrie Amin menyatakan, dirinya dan pelatih Rusdy Bahalwan akan langsung mengundurkan diri begitu turnamen selesai. Andire, atas nama tim, juga meminta maaf kepada seluruh bangsa Indonesia atas kegagalan di Vietnam, terlebih karena telah dianggap mencoreng martabat bangsa dengan permainan “sepak bola gajah” saat jumpa Thailand”.
Insiden tersebut juga berdampak ke Ketua Umum PSSI saat itu, Azwar Anas. Kasus sepakbola gajah telah menurunkan kepercayaan kepada Azwar Anas yang sejak awal diwarnai dengan mismanajemen di badan pengurus PSSI itu sendiri.
Kompas tanggal 7 September 1998 melaporkan: “Meski telah menyatakan mengundurkan diri akibat skandal yang dibuat tim nasional Indonesia di Piala Tiger 1998, Ketua Umum PSSI Azwar Anas tetap harus bertanggung jawab. PSSI juga harus menjatuhkan sanksi tegas kepada yang paling bertanggung jawab atas skandal “sepak bola gajah” di Vietnam”.
Posisi Azwar Anas sebagai Ketua Umum PSSI digantikan oleh Agum Gumelar sebagai Pejabat Pemangku Tugas Ketua Umum PSSI sebelum akan dilantik di SPP (Sidang Paripurna Pengurus) PSSI yang berlangsung pada bulan Desember 1998.
Dilansir Kompas tanggal 9 September 1998 melaporkan: “Gubernur Lemhannas, Letjen Agum Gumelar, hari Selasa (8/9) ditetapkan sebagai Pejabat Pemangku Tugas Ketua Umum PSSI, mengisi jabatan Ketua Umum PSSI Ir. Azwar Anas yang resmi mengundurkan diri. Seusai AD/ART PSSI Pasal 20 (8), penetapan Agum secara definitif akan dilaksanakan pada SPP (Sidang Paripurna Pengurus) PSSI yang akan berlangsung paling lambat bulan Desember mendatang.
Insiden tersebut membuat citra PSSI jatuh di mata Indonesia dan dunia. Terlebih insiden tersebut menjadi perhatian FIFA dan AFC sampai PSSI terancam sanksi dari AFC dan FIFA.
Kompas 15 September 1998 melaporkan: “PSSI harus segera mengambil langkah-langkah memperbaiki citra sepak bola Indonesia yang telah tercoreng di arena Piala Tiger 1998. Langkah tersebut dengan memberikan sanksi kepada orang-orang yang bertanggung jawab. Dalam kaitan ini, PSSI juga harus cepat melakukan tindakan untuk meminta keringanan sanksi yang telah dijatuhkan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC).
Sebagai dampak dari kasus insiden sepakbola gajah di Piala AFF 1998, Andrie Amin, Rusdy Bahalwan dan Mursyid Effendi terancam skors dari PSSI terkait dengan peran mereka di balik skandal tersebut.
Dilansir Kompas 18 September 1998 melaporkan: “PSSI akhirnya menskors manajer tim Andrie Amin, pelatih Rusdy Bahalwan, dan bek Mursyid Effendi, berkaitan dengan skandal “sepak bola gajah” tim nasional di Piala Tiger di Vietnam. Ketiganya dianggap paling bertanggunng jawab atas kejadian yang mengakibatkan Indonesia dihukum Konfederasi Sepak Bola Asia ini.
Mursyid Effendi sendiri menjadi kambing hitam atas skandal tersebut dan memunculkan kutukan kalau timnas Indonesia tidak akan bisa juara di berbagai turnamen internasional. Setiap timnas Indonesia gagal juara, muncul anggapan kalau kutukan yang menimpa timnas Indonesia karena skandal sepakbola gajah pada tahun 1998 silam.
Insiden sepakbola gajah juga melahirkan istilah “sepakbola gajah” untuk menyebut permainan sepakbola yang jauh dari kata sportif serta diwarnai berbagai macam kecurangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar