Sumber: https://www.sportingnews.com/uk/soccer/news/fifa-world-cup-whichteams-
have-qualified/86nbyru9dkh41ii7s800gjwav
Pada tahun 2022, Qatar menyelenggarakan Piala Dunia 2022 yang merupakan Piala Dunia pertama yang diselenggarakan di negara Arab. Seperti dikutip dari The Sporting News, Piala Dunia 2022 diikuti oleh 32 negara yang menjadikan Piala Dunia 2022 merupakan Piala Dunia terakhir yang menggunakan format 32 negara.
Namun sama seperti Piala Dunia tahun sebelumnya, Piala Dunia 2022 juga diwarnai berbagai macam kontroversi. Seperti yang dikutip Yahoo Sports, Piala Dunia 2022 tersandung permasalahan mulai dari masalah perlindungan tenaga kerja sampai kontroversi terkait dengan larangan penjualan bir sepanjang Piala Dunia 2022.
Tentu saja hal ini mengakibatkan Piala Dunia 2022 tidak jauh berbeda dengan Piala Dunia sebelumnya yang juga kontroversial. Belum lagi permasalahan terkait dengan Invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022 memicu sanksi berupa Rusia tidak diperbolehkan mengikuti kompetisi olahraga melahirkan kontroversi-kontroversi lain. Dengan permasalahan seperti ini, mampukah Piala Dunia 2022 bisa berkaca dari Piala Dunia sebelumnya?
Kontroversi Piala Dunia dari masa ke masa
Seperti yang diketahui bahwa Piala Dunia merupakan salah satu turnamen sepakbola paling bergengsi di dunia. Dengan berkumpulnya berbagai macam negara di seluruh dunia demi menampilkan permainan bola yang indah dan bertanding merebut juara menjadikan Piala Dunia merupakan salah satu acara olahraga paling banyak ditonton di seluruh dunia.
Namun, Piala Dunia sendiri bukannya tanpa berbagai macam kontroversi. Hal ini terkait dengan persiapan untuk lolos menuju Piala Dunia, lokasi Piala Dunia yang dianggap kontroversial sampai pertandingan-pertandingan yang seringkali melahirkan banyak kontroversi. Mulai dari penolakan negara-negara Eropa di Piala Dunia 1930 karena jarak yang jauh antara Eropa dan Amerika sampai permasalahan-permasalahan teknis di Piala Dunia 2022.
Menurut Kausik Bandyopadhyay, Souvik Naha dan Shakya Mitra dalam bukunya yang berjudul FIFA World Cup and Beyond: Sport, Culture, Media and Governance, Piala Dunia 1930 sudah diwarnai berbagai macam kontroversi. Salah satu kontroversi tersebut berawal ketika Uruguay dipilih menjadi tuan rumah Piala Dunia edisi pertama atas penghargaan sebagai juara Olimpiade cabang sepakbola tahun 1924 dan 1928 serta memperingati 100 tahun kemerdekaan Uruguay.
Akan tetapi, negara-negara Eropa keberatan dengan terpilihnya negara Uruguay sebagai tuan rumah Piala Dunia 1930 karena jaraknya yang jauh antara Eropa dan Amerika bila harus naik kapal laut karena pada saat itu layanan penerbangan belum seperti sekarang. Hal ini yang membuat negara-negara Eropa memboikot Piala Dunia 1930 sebagai protes atas terpilihnya Uruguay menjadi tuan rumah Piala Dunia. Oleh karena itu, Piala Dunia 1930 hanya diikuti oleh 13 negara saja dan 4 di antaranya adalah negara-negara Eropa.
Selain penolakan negara-negara Eropa, kontroversi Piala Dunia 1930 juga bersumber dari kurangnya persiapan yang matang dari penyelenggara. Estadio Centenario yang sedianya digunakan dari hari H-1 Piala Dunia 1930 belum bisa digunakan sehingga dua pertandingan pertama terpaksa menggunakan stadion kecil.
Pasca Piala Dunia 1930, kontroversi yang menghantui Piala Dunia terus berlanjut. Misalnya di Piala Dunia 1934 diwarnai dengan intrik-intrik politik dimana kemenangan timnas Italia tidak lepas dari campur tangan Benito Mussolini. Sementara itu, Piala Dunia 1938 diwarnai dengan penaklukan Austria oleh Nazi Jerman beberapa bulan sebelum pertandingan dimulai.
Seiring berjalannya waktu, berbagai macam peristiwa kontroversial mewarnai Piala Dunia. Salah satunya adalah Piala Dunia 1986 yang terkenal karena gol tangan tuhan Diego Maradona ketika timnas Argentina dengan menghadapi timnas Inggris di babak ronde ke-8. Gol tangan tuhan sendiri merupakan salah satu 10 gol tangan terkenal seperti dikutip How They Play.
Kontroversi demi kontroversi terus menghantui berbagai edisi Piala Dunia, salah satunya adalah Piala Dunia 2018. Salah satu permasalahan yang menghantui Piala Dunia 2018 adalah rasisme. Seperti yang dikutip The Guardian, rasisme merupakan masalah besar yang terjadi di Rusia dan terpilihnya Rusia menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018 menjadi kekhawatirnya pemain-pemain dari Afrika untuk tampil di Piala Dunia 2018.
Belajar dari Kontroversi Piala Dunia sebelumnya
Piala Dunia 2022 tentu saja masih menyisakan banyak kontroversi dari awal terpilihnya Qatar menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. Tidak sedikit banyak pihak yang skeptis bahwa Piala Dunia 2022 bebas dari masalah. Terlebih, pemilihan tuan rumah Piala Dunia 2022 sendiri diwarnai dengan kasus korupsi.
Sekjen FIFA saat itu, Jerome Valcke seperti yang dikutip BBC News mengatakan bahwa dia menolak pernyataan Jack Warner mengenai e-mail yang menyebutkan keterlibatan Mohammed bin Hammam dalam kasus suap yang membawa Qatar menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.
Selain kasus korupsi yang melibatkan FIFA, salah satu permasalahan lain yang menghantui Piala Dunia 2018 adalah perlakuan terhadap tenaga kerja. Seperti yang dikutip Amnesty International, buruh yang terlibat dalam persiapan Piala Dunia 2022 mengalami berbagai macam eksploitasi. Mulai dari kondisi tempat tinggal buruh yang jauh dari kata layak sampai perlakuan kepada buruh yang tidak manusiawi.
Tentu masih banyak lagi kontroversi-kontroversi yang terjadi sepanjang Piala Dunia 2022 yang akan diselenggarakan pada tanggal 20 November 2022 – 18 Desember 2022. Oleh karena itu, perlunya investigasi yang lebih independen serta melibatkan pakar-pakar yang bebas dari kepentingan penyelenggara.
Seperti yang dikutip Bloomberg, pada tahun 2020 lalu, Qatar resmi mengesahkan peraturan baru mengenai buruh yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas taraf hidup para buruh. Namun begitu, penerapan peraturan baru tersebut harus disertai sikap tegas kepada perusahaan-perusahaan yang masih mengabaikan kondisi para buruh.
Tentu para pecinta sepakbola berharap Piala Dunia 2022 benar-benar bisa mampu belajar dari kesalahan-kesalahan yang terjadi di Piala Dunia sebelumnya. Namun, jika tidak ada keinginan yang kuat dari para penyelenggara maka jangan heran apabila Piala Dunia 2022 tidak jauh berbeda dengan Piala Dunia sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar